Abi Daulah Haque
RAMADAN 1445 H kali ini menjadi sebuah momentum tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Salah satu yang menarik yakni tradisi berburu takjil menjelang waktu berbuka puasa. Bahkan, akhir-akhir ini di media sosial viral oleh netizen dengan menyebut dengan “War Takjil”. Dalam Bahasa Indonesia kata “war” adalah berburu atau memperebutkan takjil.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil memiliki makna “mempercepat (dalam berbuka puasa)”. Hal ini sesuai dengan akar katanya dalam Bahasa Arab, yakni ‘ajila’ yang berarti menyegerakan. Jadi maksud Takjil sejatinya adalah menyegerakan membatalkan puasa dengan makanan pembuka. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “untuk selalu menjadi baik, manusia harus mempercepat untuk berbuka puasa”.
Takjil bukan sekedar pelengkap ramadhan. Aneka kudapan ini juga mampu meluruhkan sekat agama, ras, suku dan golongan. Ada fenomena baru yang seru pada bulan puasa tahun 2024 ini, yakni “war takjil lintas agama”.
Diksi “war” dalam war takjil untuk menggambarkan adanya keseruan dalam berburu kudapan buka puasa. Bukan perang atau pertempuran yang menggunakan kekerasan.
Fenomena tersebut mengandung pesan moral saling menghormati meski memeluk agama berbeda. Beragam pangan olahan dan cemilan yang dijajakan para pedagang cepat laris, karena tidak sedikit masyarakat Non Muslim yang ikut berburu takjil untuk dibagikan ke masyarakat yang sedang menjalankan puasa.
PP Muhammadiyah pun ikut merespon melalui Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dadang Kahmad. Beliau menilai fenomena tersebut menjadi bukti kerukunan antar umat beragama.
“Seperti orang Islam untuk ikut libur Natal, ikut libur Nyepi. Hidup bersama dengan rukun,” kata Dadang seperti dikutip laman resmi Muhammadiyah, Kamis (21/3/2024).
Dadang menilai fenomena non-Muslim ikut berburu takjil wajar. Fenomena itu justru membawa manfaat bagi para penjual takjil.
“Wajar saja memang dalam kehidupan sekarang, dalam pergaulan antar budaya, saling mempengaruhi satu sama lain. Juga ada pengaruh ekonomi,” ujarnya. Menurutnya, berburu takjil berarti berbelanja makanan. Sehingga terjadi transaksi ekonomi dan keberkahan bagi seluruh umat.
War Takjil tak sedikit yang menjadikan fenomena ini bahan bercandaan melalui konten oleh netizen di tik-tok dan instagram. Dikatakan bahwa warganet non muslim telah menyusun strategi terlebih dahulu dengan mencuri start di kala masyarakat muslim masih berpuasa.
Warganet muslim pun tak tinggal diam dengan mengatakan bahwa mereka akan memborong semua telur yang ada di pasaran sehingga perayaan Paskah nanti tidak akan berjalan.
“Untukmu Agamamu, Untukku Takjilmu,” ujar salah satu pengguna TikTok mengenai fenomena ‘war takjil’. Tak berhenti di situ, warganet, baik Muslim maupun non-Muslim pun turut menggaungkan lagu ‘Rindu Muhammadku’ yang dinyanyikan oleh Haddad Alwi dan Vita. Lagu tersebut menandakan bahwa Ramadan pada tahun ini dipenuhi dengan keriuhan, kegembiraan dan antusiasme masyarakat Indonesia dalam menjalankan ibadah puasa. Momen ini justru menjadi pemersatu masyarakat Indonesia untuk turut menjaga keberagaman dan toleransi antar umat beragama (keberagamaan).
Fenomena War Takjil memberikan kontribusi positif bagi tumbuhnya geliat ekonomi masyarakat. Data menunjukkan penjualan takjil mengalami peningkatan signifikan selama Ramadhan.
Pada tahun 2023, Kementerian Perdagangan RI memperkirakan nilai transaksi takjil mencapai 28 Triliun rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa War Takjil tidak hanya menjadi fenomena sosial, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi karena membuka peluang usaha bagi masyarakat, terutama para pelaku UMKM.
Pada saat yang sama dapat memperkaya kuliner nusantara, karena menghadirkan beragam jajanan tradisional dan kudapan kekinian. Dengan fenomena War Takjil ini, rasanya perlu ada upaya nyata memaksimalkan dampak positif bagi toleransi dan pertumbuhan ekonomi, serta ihtiar untuk meminimalkan dampak negatif yang menyertainya.
Hal ini membutuhkan sinergitas bersama antar kalangan. Pemerintah, Umat lintas Agama, Stakeholders (para pemangku kepentingan) dan seluruh rakyat Indonesia.
Mari kita War Takjil.
Kendal, 26/03/2024
*) Bidang Kemitraan dan Jejaring LP-UMKM PWM Jateng, Fungsionaris Bidang 2 BPD HIPMI Jateng.