Encep Saipudin
Angka 40 bukan sekadar angka. Dibalik dua angka itu menyimpan kedalaman makna pada kematangan, kebijakan, dan kearifan.
Proses perkembangan sejak pembuahan hingga perkembangan janin dalam rahim membutuhkan waktu 40 pekan, dihitung sejak menstruasi terakhir. Pada usia ini, Ibu dan Bapak siap menghadapi proses persalinan dengan cara alamiah atau terpaksa melalui operasi Caesar.
Bayi pun lahir. Owe… Owe…Owe… Begitulah kita menangis saat pertama kali menghirup udara dunia.
Bertaruh nyawa ibu. Bagi yang muslim, sang Bapak pun mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri jabang bayi. Bapak dan ibu semringah.
Yang belum dapat tetap bersabar dan terus berdoa. Percayalah, Allah Swt punya cerita terbaiknya untuk kita.
Empat puluh tahun kemudian, Allah Swt. mengingatkan manusia atas apa yang sudah dilakukannya selama 40 tahun kehidupannya. Apakah lebih banyak berbuat kebaikan atau keonaran.
Hal ini terekam pada firman-Nya :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Kandungannya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun dia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan agar aku dapat melakukan amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikannya dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sungguh aku bertaubat kepadamu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
(QS. Al Ahqof : 15).
Usia 40 adalah pertanda kematangan dalam karakter dan berpendirian teguh. Pada usia ini pula menjadi puncak karir dan relasi yang kokoh. Karena itu, usia ini disebut juga “life begins at 40“.
Nabi Musa as. berdialog dengan Allah Swt di Gunung Sinai, Mesir, selama 40 hari untuk mendapatkan perintah Tuhannya. Perintah tersebut terekam pada Taurat.
Terdapat tiga agama yang menjelaskan kejadian tersebut, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Dalam Islam, kejadian tersebut terekam pada QS Thaha ayat 9.
Nabi Muhammad Saw menjadi Nabi dan Rasul pada usia 40 tahun di Gua Hira. Ayat pertama yang diterima beliau adalah “bacalah!”, yang terdapat dalam Al-Qur’an surah Al- Alaq.
Bagi manusia umumnya, usia 40 tahun merupakan puncak karirnya dalam bekerja. Pada usia ini juga menjadi momentum untuk mempertimbangkan karirnya : lanjut atau stop.
Kalau lanjut, bisa bekerja hingga usia 56 tahun sesuai Perppu Cipta Kerja. Siapa tahu karir makin moncer. Sebaliknya kalau mau stop alias pensiun dini, batas minimal umumnya 40 tahun. Namun biasanya yang disetujui pada rentang usia 45-50 tahun.
Usia 40 juga bikin rempong kaum pria metroseksual. Kerja mapan. Pendapatan sepadan. Namun kulit justru mulai berubah. Kulitnya kering. Mulai berkerut. Sensitif. Juga terdapat bintik-bintik pada kulit yang membuatnya kelihatan tua.
Kondisi ini membuatnya uring- uringan. Kagak percaya diri. Penampilan jauh dari kata menyakinkan.
Perawatan menjadi keharusan. Manikur, pedikur. Model pria ini sudah mulai ditinggalkan. Kagak asyik.
Yang asyik itu pria lumberseksual. Busananya casual. Rambut dan jenggot dibiarkan alamiah. Agak cuek. Menyukai olahraga.
Nah, ini tampilannya elo banget. Ciri-cirinya pas pada diri elo. Kusam..! Kebanyakan berpikir, mungkin sampai lupa umur. Hahaha
Beda dengan cowok, cewek yang memasuki usia 40 tahun lebih elegan, tetapi mudah sensitif. Mungkin ini efek penurunan estrogen.
Kepercayaannya pada usia ini sangat tinggi. Dengan begitu, kemampuannya dalam menghadapi masalah lebih adem dan jauh dari drama.
Lah, kamu masih jingkrak-jingkrak begitu saat ketemu masalah. Mungkin masalahnya yang salah. Wkwkwkwk
Angka 40 tahun menjadi kilas balik sejarah manusia. Namun sekarang, kamu sudah kagak perlu kilas balik.
Lho, kenapa ngga boleh kilas balik? Yeee, usia elo sudah di atas 50 tahun. Mending menyiapkan kilas pesangon agar uang pensiun kagak berserakan. Awokawokawok.
Ramadhan 211445H
*) Dr. Encep Saepudin, S.E., M.Si. Pemulung Kata. Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah, FAI- UM Purwokerto