ukmmu
  • Info
  • Produk
  • Inspirasi
  • MICE
  • Klinik
  • Mitra
  • Agenda
  • Filantropi
No Result
View All Result
Pupukmu
ukmmu.com
  • Info
  • Produk
  • Inspirasi
  • MICE
  • Klinik
  • Mitra
  • Agenda
  • Filantropi
No Result
View All Result
ukmmu.com
No Result
View All Result
rondho royal

RONDHO ROYAL

Redaksi UKMMU by Redaksi UKMMU
23 April, 2025
in Info, Inspirasi
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Khafid Sirotudin

Dalam bahasa Jawa, ‘Rondho’ berarti janda. Sedangkan ‘Royal’, istilah yang menggambarkan sesuatu yang melampaui batas dari biasanya atau umumnya. Makna lain royal, mengacu pada sikap dan perilaku yang menunjukkan kepedulian dan kebaikan. Misalnya, seseorang yang sering memberikan bantuan, hadiah, perhatian, makanan, barang atau bentuk uluran tangan lain kepada pasangan, keluarga, tetangga dan sesama. Ada juga sebagian translator bahasa yang mengartikan royal (Basa Jawa) dengan ‘mewah’ (Bahasa Indonesia).

You might also like

Menegakkan Kedaulatan Ekonomi Digital UMKM: Dari Klik ke Kemandirian Bangsa

Menegakkan Kedaulatan Ekonomi Digital UMKM: Dari Klik ke Kemandirian Bangsa

26 June, 2025
EVOLUSI PUTU

EVOLUSI PUTU

25 June, 2025

Tulisan saya ini tidak akan membahas besaran angka janda di Indonesia tahun 2023 dan 2024. Dimana kasus perceraian tertinggi dijuarai Tiga Provinsi di Jawa, yaitu Jawa Barat (2023/91.146; 2024/88.985), Jawa Timur (79.248/79.293) dan Jawa Tengah (68.133/ 64.937). Juga tidak sedang ingin membahas implikasi sosial ekonomi yang bakalan terjadi dengan meningkatnya janda (dan duda) baru bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kerawanan sosial bagi suatu provinsi. Biarlah menjadi tugas dan kewenangan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN RI.

“Rondho Royal” adalah nama makanan (kudapan, gorengan) yang terbuat dari tape singkong. Masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta sangat familier dengan makanan unik ini dan biasa tersajikan di warung kopi atau angkringan. Orang Jepara menamai Monyos, meski di berbagai daerah se Jateng (35 kabupaten/kota) menamai Rondho Royal.

Baca Juga:  BERMIMPILAH

Sejauh ini saya belum menemukan literasi atau manuskrip jejak sejarah terkait makanan daerah ini. Kapan pertama kali hadir, di daerah mana dan siapa penemunya. Yang jelas dan pasti, sejak saya sekolah di TK ABA dan Madrasah Diniyah/Sekolah Dasar Muhammadiyah, ibu kami (86 tahun) sering menjadikan Rondho Royal sebagai pelengkap minum teh pagi atau sore hari. Rasanya lebih enak jika yang dijadikan bahan baku “Tape Mentega”. Yaitu tape singkong yang “mempur” (pulen), warnanya kuning dan rasanya sangat manis. Sungguh nikmat dijadikan sarapan atau kudapan pendamping kopi pahit atau teh sepet (tanpa gula).

Singkong (Manihot esculenta, Manihot utilissima) dikenal dengan ketela pohon atau ubi kayu telah lama menjadi bahan makanan pokok masyarakat Jawa. Selain beras, masyarakat Jawa terbiasa mengkonsumsi jagung, pisang, sukun, kentang hitam dan ubi-ubian lain (talas, uwi, ganyong, mbili, dll) sebagai makanan pokok. Singkong sebagai pangan lokal, dengan kreatifitas dan kearifan masyarakat dapat diolah menjadi “getuk, tiwul, lemet, sawut” dan sebagainya.

Sejak Politik Beras dan Beras Politik dijalankan Orde Baru (istilah Prof. Purbayu Budi Santoso, BP Undip, 2010), kearifan berbagai pangan lokal bergeser dan digantikan beras. Budaya pangan masyarakat berubah total. Hingga masyarakat awam yang sudah sarapan roti tawar dua sisir, semangkok bubur sagu, satu ‘pincuk’ gethuk, tiga buah pisang rebus dan sepiring tiwul pun ketika ditanya : “apakah sudah sarapan?”, jawabnya selalu belum sarapan. Karena menganggap bahwa sarapan itu makan nasi (beras).

Baca Juga:  Dari Lokal ke Global: Strategi Jitu Perluasan Pemasaran dan Produk Koperasi Untuk Kemandirian Ekonomi

Tidak hanya di Jawa, kenyataan ini juga kami jumpai di Papua, Maluku, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Kalimantan hingga Aceh di ujung Barat Indonesia. Padahal saya masih sangat ingat tatkala belajar di SD/SMP/SMA (1975-1987), guru kami selalu mengajarkan bahwa makanan pokok orang Maluku dan Papua itu sagu, makanan khas orang Gorontalo itu jagung yang dibuat “Binte Biluhuta” (sup jagung, milu siram), dan seterusnya. Kita tahu bahwa semua pangan lokal itu berbasis sumberdaya alam setempat sebagai anugerah Allah Tuhan yang Maha Bijaksana, Esa, Adil dan Teliti.

Dengan politik beras semua rakyat dipaksa merubah budaya pangan nasional berbasis beras. Sementara kita tahu sebagian wilayah Indonesia tidak menghasilkan beras. Hanya beberapa daerah dan wilayah yang bisa menghasilkan surplus beras. Sebagai negara yang memiliki biodiversitas tanaman pangan terbesar di dunia, seharusnya kita mau belajar dengan China. China dan Indonesia merupakan 2 negara berpenduduk terbesar dunia yang sejatinya memiliki ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan terbaik berbasis sumberdaya alam lokal (local genius).

Baca Juga:  KEBUTUHAN PERAWAT DUNIA

Rakyat yang tinggal di wilayah China Utara berbeda makanan pokok dengan rakyat yang tinggal di Selatan. Di warung, kedai atau resto “Chinese food” kita mengenal masakan ‘Hainan Chicken Rice’ yang berbahan baku beras (nasi) dan berlauk daging ayam. Ada juga Bakpao, Bakmi yang berbahan baku terigu (gandum dan ubi-ubian). Aneka makanan China, Jawa dan Indonesia banyak beririsan dalam perspektif budaya pangan berbasis sumberdaya pangan lokal.

Pagi ini, kami menikmati sarapan 2 buah Rondho Royal, secangkir kopi Arabica Tretep Temanggung tanpa gula dan 1 sendok makan madu klanceng. Tape singkong sebagai makanan hasil fermentasi (peragian) dikenal memiliki beberapa khasiat, diantaranya manfaat bagi kesehatan pencernaan, meningkatkan imunitas tubuh dan menjadi sumber energi (karbohidrat). Selain itu tape singkong mengandung probiotik yang baik untuk menjaga kesehatan usus dan mencegah sembelit, membantu mencegah anemia serta menurunkan kadar kolesterol. Saya syukuri diberi nikmat sehat meski sarapannya Rondho Royal dan menyelesaikan tulisan ini sambil mendengarkan lagu dangdut koplo “Sido Rondho” (Menjadi Janda).
Allahu’alam

Pagersari, 23 April 2025
*) Praktisi agribisnis dan pegiat pangan lokal. Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah
Red. Fordem.id

Tags: InspirasiMakananMasyarakatTradisional
Redaksi UKMMU

Redaksi UKMMU

Related Stories

Menegakkan Kedaulatan Ekonomi Digital UMKM: Dari Klik ke Kemandirian Bangsa

Menegakkan Kedaulatan Ekonomi Digital UMKM: Dari Klik ke Kemandirian Bangsa

by Sulistyo Suharto
26 June, 2025
0

Realitas Ekonomi Digital Kita: Nyaman tapi Mengkhawatirkan  Era digital telah mengubah wajah ekonomi kita secara fundamental. Kini, segala bentuk transaksi...

EVOLUSI PUTU

EVOLUSI PUTU

by Sulistyo Suharto
25 June, 2025
0

Oleh : Khafid Sirotudin Bunyi ngiiing….ngiiing mirip suara “sawangan” yang diletakkan di sela-sela ekor merpati balap jantan adalah suara khas...

Ghost Kitchen, Dari Rumah Hasilkan Rupiah

Ghost Kitchen, Dari Rumah Hasilkan Rupiah

by Sulistyo Suharto
24 June, 2025
0

Oleh: Suwatno Ibnu Sudihardjo Anggota Lembaga Pengembangan UMKM PWM Jawa Tengah Menggali Peluang di Tengah Perubahan Kita hidup dalam era...

Ghost Kitchen & Lompatan Digital UMKM

Ghost Kitchen & Lompatan Digital UMKM

by Sulistyo Suharto
21 June, 2025
0

Oleh : Suwatno Ibnu Sudihardjo Anggota LPUMKM Jawa Tengah 📌 Zaman Telah Berubah, Cara Bisnis pun Harus Berubah Perubahan zaman...

Next Post
PANGAN KITA

PANGAN KITA

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

UKMMu.com

UKMMu.com merupakan media official Lembaga Pengembang UMKM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah

  • Info
  • Produk
  • Inspirasi
  • MICE
  • Klinik
  • Mitra
  • Agenda
  • Filantropi

© 2025 UKMMu.com - Media UMKM Terkemuka

No Result
View All Result
  • Info
  • Produk
  • Inspirasi
  • MICE
  • Klinik
  • Mitra
  • Agenda
  • Filantropi

© 2025 UKMMu.com - Media UMKM Terkemuka

Redaksi

Go to mobile version