Oleh : Khafid Sirotudin
Mbek…mbek…mbek….suara domba dan kambing bersahutan di area kandang Jangkar Hijau Farm (JHF) dukuh Popongan, desa Gerdu, kecamatan Karangpandan, Karanganyar. JHF ini milik pak Roni, Ketua HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia) Jawa Tengah. Saya ditemani mas Setyo Ebnu Saleh (Ibnu) Anggota Bidang Pangan LPUMKM PWM Jateng, pak Roni Bendahara HPDKI Jateng, Mutaqin dan Joko JB kader PDPM Sukoharjo.
Dalam bahasa latin, kambing disebut _”Capra hirpus”_, sedangkan domba disebut _”Ovis aries”_. Namun oleh masyarakat Jawa keduanya biasa disebut dengan “wedhus” (wedhus kabeh, semuanya wedhus). Sebagaimana sapi, domba salah satu ruminansia yang memiliki empat buah perut yang memainkan peran berbeda dalam pencernaan makanan. Yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Hewan ruminansia memiliki rangkaian proses pencernaan yang kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis lainnya.
Domba memiliki rambut tebal dan salah satu jenis hewan pertama yang dijinakkan untuk keperluan agrikultural yang dipelihara untuk dimanfaatkan rambutnya (disebut wol), daging dan susunya. Sedangkan Kambing merupakan hewan mamalia yang termasuk golongan herbivora, anggota famili _Bovidae_ dan masih saudara dengan Biri-biri karena keduanya masuk ke dalam sub famili _Caprinae_.
Setidaknya terdapat lima perbedaan antara domba dan kambing. Yaitu, kambing tidak suka basah, domba tidak apa-apa basah; kambing berjenggot sedangkan domba tidak berjenggot. Selanjutnya ekor kambing lebih tegak, ekor domba lebih turun; domba mengikuti kawanan, kambing lebih mandiri; serta kambing suka memanjat, domba tidak suka memanjat. Namun bagi masyarakat Jawa, baik kambing maupun domba, biasa disebut dengan Wedhus.
Di pinggir area JHF seluas 2 hektar, saya melihat pohon durian yang sangat tinggi di sebelah selatan rumah tempat kami ngobrol sambil menikmati kopi dan susu domba hangat (susu segar perahan domba yang dipanaskan 40 derajat Celcius). Saya dekati dan amati beberapa pohon mangga yang sedang berbunga di pekarangan, untuk menguji teori yang saya sampaikan di berbagai pelatihan budidaya lebah klanceng _’Trigona sp’._. “Jika di suatu lokasi terdapat pohon durian yang telah berbuah, maka di radius 100-200 meter dari pohon itu pasti terdapat koloni lebah klanceng”. Dan terbukti, setelah pak Roni menunjukkan beberapa ekor klanceng _”Tetragonula laeviceps”_ (levi) sedang terbang mendekati bunga tanaman dan beberapa ekor levi lainnya terlihat menghisap nektar bunga, tidak jauh dari teras tempat kami mengobrol.
_*Agrokultural*_
Hampir dua jam kami berdiskusi dan ngobrol hal ihwal budidaya domba dan kambing di JHF Karanganyar. Puncak gunung Lawu terlihat mengkilat disinari sun-set mempesona dilihat dari depan pintu gerbang JHF. Lalu kami berempat menuju Nguter Sukoharjo untuk melanjutkan farm-trip dan tiba di Pendopo Setya Lembu Multifarm (SLM) setelah iqamah maghrib berkumandang.
Beberapa aktivis PCPM Nguter datang bergabung berdiskusi dengan kami bersama Erlianto peternak dan pemilik 200 domba perah yang lokasinya tidak jauh dengan SLM. Empat orang mahasiswi dan 2 mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Karanganyar (UMUKA) terlihat berada di lokasi kandang sedang mencacah domba dan kambing. Mereka sedang magang KKL (Kuliah Kerja Lapangan) di SLM. Sebuah program link-match agar nantinya setelah lulus dapat menjadi Sarjana/Sarjana Muda Peternakan yang terampil dan tidak gagap peradaban dalam budi daya peternakan, khususnya domba dan kambing.
SLM lokasinya menyatu dalam sebuah kawasan seluas hampir 5 hektar dan dipisahkan sebuah jalan tanah dan terbagi dua bagian. Selain dilengkapi bangunan pendopo yang dpat digunakan untuk pertemuan 100 orang, juga ada bangunan rumah tinggal untuk menginap bagi pemilik dan tamu yang menginap. Sangat cocok bagi pasutri yang ingin berbulan madu di lokasi peternakan yang nyaman dan relatif jauh dari kebisingan lalu lalang kendaraan bermotor.
Beruntung kami malam ini bisa menyaksikan seekor domba yang baru saja melahirkan Dua ekor _”cempe”_ (Jawa : anak kambing/domba). Saudara Erli (Erlianto) terlihat cekatan untuk segera menolong dan memisahkan induk beserta 2 anaknya dengan sketsel besi agar terpisah dengan 8 koloni domba bunting di dalam satu kotak breeding dalam satu blok. Dengan dibantu seorang kader PCPM yang menahan induknya agar tidak bergerak, Erli membantu kedua cempe agar segera menghisap ”igastrum” (semacam kolostrum pada ASI). Sebagaimana kolostrum ASI bagi bayi, igastrum kaya anti oksidan dan berfungsi sebagai vaksin bagi cempe yang baru lahir. Sungguh sebuah pengalaman istimewa yang tidak setiap orang dapat melihat secara kasat mata _”live show”_.
Kandang panggung SLM terbagi dalam 4 blok, masing-masing diperuntukkan bagi breeding (pembiakan) domba perah, domba pedaging, pembesaran cempe dan satu blok untuk kambing. Di sebelah timur kandang ada bangunan gudang pakan untuk menampung berbagai bahan baku pakan ternak. Sementara sisa lahan lainnya ditanami kacang tanah, kangkung, lembayung (kacang panjang) dan rerumputan dengan batas berbagai tanaman tegakan sebagai batas area peternakan.
Jumlah domba dan kambing di SLM saat ini baru 1.100 ekor. Terdiri dari berbagai spesies dan jenis, serta ratusan indukan dan puluhan pejantan tangguh untuk breeding. Sebagian ada yang berasal dari impor dan sebgaian besar berasal dari berbagai daerah di Indonesia : Jateng, Jatim, Jabar, DIY, Sumatera. Iseng-iseng saya tanya berapa harga seekor Pejantan domba pedaging Dorper Fullblood yang ada di salah satu blok. Ternyata lumayan juga, 30 juta Rupiah se ekor. Seharga sepeda motor Honda Vario 150 cc keluaran terbaru.
Budidaya domba dan kambing yang sedang ditekuni Roni, Ibnu dan Erli saat ini sejatinya tidak sekedar mengejar profit atau keuntungan semata. Namun sebuah usaha agrokultural sektor UMKM Pangan. Agrokultural merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan baku industri atau sumber energi serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Sebuah usaha sungguh-sungguh dalam membangun sebuah ekosistem peternakan yang mandiri.
Daging dan susu menjadi bahan baku pangan protein hewani serta industri makanan dan minuman yang bergizi bagi pemenuhan nutrisi masyarakat. _”Inthil”_ (kotoran wedhus) dan urine dapat diolah sebagai bahan baku pupuk dan pestisida organik. Lokasi peternakan bisa menjadi tempat pelatihan dan pengembangan ketrampilan (vokasi) bagi pelajar SMK dan mahasiswa, serta mampu menyerap tenaga kerja (mengurangi pengangguran). Aneka tanaman pakan ternak menghijaukan kawasan dan menghasilkan oksigen yang menyegarkan secara gratis. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang hendak kalian dustakan ?
Semoga ihtiar awal dari teman-teman UMKM Pangan dan Peternakan Muhammadiyah mampu membantu bangsa dan negara dalam usaha bersama mewujudkan sebuah ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan yang berkelanjutan. Amien ya Rabbal alamin.