Oleh: Imam Sutomo
ukmmu.com – Lantunan pembacaan surah Al-Mujâdilah (58) ayat 11 itu hal lumrah pada setiap pertemuan berafiliasi ormas Islam. Peresmian “Markaz Tahfidz Al-Qur’an Ibu Hj. Siti Sudjarwati” (Ahad, 10 Rabiulakhir 1446/13 Oktober 2024), diawali pembacaan Al-Qur’an oleh Hadi Karmaudin, M.E. yang bersuara merdu, fasih, mantap. Setidaknya memenuhi standar ”Qâri’’ versi Ketua PWM Jawa Tengah yang menyukai keindahan seni tilawah.
“Kini makin terasah dan enak dinikmati suaranya”, bisik Ketua PDM penuh pujian. Jika hadirin diberi indera ke enam dapat melihat ribuan malaikat yang terkagum-kagum mendengar suara indah ayat suci di tanah pekarangan yang disulap menjadi tempat pelatihan ḥuffâẓ (para penghafal) muda usia.
Cara gampang mengobok-obok emosi warga Muhammadiyah itu cukup sederhana dengan melihat raut wajahnya saat menyanyi lagu Indonesia Raya dan Sang Surya. Kedua lagu wajib itu seperti hipnotis, bertenaga membangkitkan rasa cinta tanah air dan rasa bangga hidup dalam napas keagamaan Muhammadiyah. Anehnya, barangkali seumur-umur baru terjadi dua lagu kenangan dinyanyikan di kebun belakang, walaupun PCM Argomulyo sudah rutin rmelaksanakan rapat bertahun-tahun di kapling depan. Area pertemuan terbilang unik, berhawa sejuk alami, dan nyaman duduk suka-suka di gazebo bagi yang ingin rehat dan relaksasi.
“Markaz Tahfidz (sic) Al-Qur’an Ibu Hj. Siti Sudjarwati” terletak di Jl. Argoboga 64, Pendem RT 11 RW 03 Ledok Argomulya Salatiga. Nama Hj. Siti Sudjarwati disematkan oleh PDM untuk mengabadikannya sebagai pewakif bangunan 350m2 di atas tanah seluas 1.560 m2 (data dari Ketua PCM, Bapak Sir Samsuri, M.Hum). Tidak terbayang, tidak tergagas, dan seribu “tidak” lainnya untuk menggambarkan kemustahilan bangunan kokoh pinggir jalan itu diserahkan total kepada organisasi masyarakat.
Rasionalitas zaman yang menyimpan watak egois lebih mungkin bagi penduduk dunia menikmati hari tua dengan rasa damai, comfort zone dalam makna seluas-luasnya. Pemilik rumah antik itu sudah menggengam kebahagiaan di tangannya dengan terpenuhinya simbol-simbol kesejahteraan hidup normal di masyarakat. Berdasarkan pengalaman hidup, Ibu Hj. Sudjarwati meyakini bahwa Muhammadiyah itu organisasi yang amanah.
“Dari awal, saya hanya akan mewakafkan melalui Muhammadiyah,” sambutan Hj. Sudjarwati dengan nada terisak-isak. Jemaah ikutan larut dalam rasa sedih, bercampur bangga dan haru melihat kehebatan perempuan yang sedang bicara di panggung dengan ikhlas melepaskan harta berharga yang diperoleh puluhan tahun kini diserahkan untuk kepentingan umat.
Masuk usia 72 tahun Ibu Hj. Siti Sudjarwati masih tampak sehat, bertutur kata dengan lancar dan runtut. Dokumentasi wawancara (Kamis, 13/4/2023) : “Saya diuji oleh Allah dengan sakit di usia lanjut dan harus menjalani operasi, tetapi saya masih tetap bisa mensyukuri limpahan nikmat Allah,” penuturan pensiunan Kolonel TNI Angkatan Laut. Lazimnya, para kasepuhan sakit-sakitan cenderung patah semangat, berpikiran pesimis dan kehilangan gairah hidup. Jutaan manusia lanjut usia yang menderita berlipat-lipat karena hari-harinya diliputi kesumpekan batin disertai kecemasan dirundung ancaman kematian. Alih-alih, Kolonel Sudjarwati berpikir optimis, berbicara penuh semangat, tidak memperlihatkan tanda-tanda penderita sakit berat.
Tiga poin penting episode perjalanan hidup Ibu Hj. Sudjarwati dapat dianalisis, yaitu fenomena manusia usia lanjut, budaya wakaf dan kepercayaan kepada Muhammadiyah. Kajian gerontologi (ilmu tentang proses dan gejala penuaan) layak dikembangkan dalam strategi dakwah Islam yang adaptif dengan pemenuhan kebutuhan spiritual bagi kasepuhan.
Peradaban Islam menyiapkan instrumen penggalian aset muslim melalui wakaf perlu dioptimalkan, termasuk pemutakhiran makna wakaf yang selaras dengan perkembangan teknologi dan bisnis modern. Era kompetisi ratusan lembaga menawarkan kekhasannya sebagai nomor satu dalam kualitas pelayanan dan sejenisnya, tetapi belum luntur trust (kepercayaan) masyarakat kepada Muhammadiyah, sehingga majelis/lembaga wakaf sangat strategis dan potensial sebagai aparatur persyarikatan dalam pengembangan aset muslim Indonesia mendampingi Lazismu.
Pencerahan Prof. Mubasirun sangat mengena dengan psikologi audiens dan kontekstual dengan suasana pertemuan. Kutipan hadis tentang ciri orang cerdas yang memikirkan bekal persiapan untuk hidup abadi sesudah kematian menggambarkan episode hidup senyatanya (bukan kisah fiksi) dari orang yang mewakafkan harta. Ibu Hj. Sudjarwati menyadari perlunya bekal yang banyak untuk kehidupan abadi di akhirat, maka implementasi amal jariyah dalam wujud wakaf diikrarkan. “Monggo, rumah di Argomulyo diramaikan dengan kegiatan pengajian dan tanah belakang dimanfaatkan”, pesan Ibu Hj. Sudjarwati di rumah Gendongan Tingkir (Kamis sore, 13/4/2023). Bapak H. Yahya Syarif (Ketua PCM 2015-2022) sebagai penanggung jawab wilayah Argomulyo tersenyum lega dan menjawab mantap sami’nâ wa aṭa’nâ.
Ritual seremoni peresmian mempunyai makna lebih jauh sebagai media silaturahmi berbagai komponen lintas generasi dan sosialisasi gerakan Muhammadiyah di era super sibuk. Para donator, muzakki, dan semua warga mempunyai kontribusi dalam menggerakkan organisasi dan kesinambungan estafet generasi. Terkenang almarhum Bapak dr. Mufti Siradj (diwakili Ibu Hj. Arini Hidaya dan putranya, dr. Zaki Hetami) adalah komponen penunjang organisasi dalam barisan donator bersama lainnya. Aktivis senior Aisyiyah (Ibu dr. Supartinah dkk) hadir menyemangati generasi penerus dalam menggerakkan dan mengembangkan organisasi. Kehadiran tamu undangan memperkuat modal sosial Muhammadiyah sebagai ormas yang berorientasi pada maslahat dan manfaat untuk umat.
Ahad, 10 Rabiulakhir 1446 hari indah untuk warga Aisyiyah Muhammadiyah Kota Salatiga karena Ibu Hj. Sudjarwati menyatakan “plong” saat sudah tuntas penyerahan kunci rumah kepada Bapak Prof. Sa’adi selaku Ketua PDM. Tampak gurat wajah bahagia karena niat wakaf sudah terealisasikan, seperti halnya puncak keharuan perempuan selalu mengiringinya dengan isak tangis tidak dapat disembunyikan. Tak terkatakan dan pantang diucapkan, tetapi sejujurnya hampir-hampir warga semuanya “mèwèk” larut dalam tangis bahagia bersama Ibu Hj. Siti Sudjarwati.
Ahad, 13 Oktober 2024
*) Prof. Imam Sutomo, Guru Besar UIN Salatiga, Ketua PDM Salatiga 2010-2015, 2015-2022.