(Bagian Kedelapan)
Khafid Sirotudin
Pada sessi kedua Temu Bisnis UMKM, kami menampilkan dua perusahaan yang berkhidmat dalam produk kecantikan dan kesehatan berbahan baku herbal dan alami. Yaitu PT SR12 Herbal Perkasa dan PT Bios Pro Siklus. PT SR12 berdiri tahun 2015, ownernya apt. Toni Firmansyah, S.Farm., Ketua LPUMKM PP Muhammadiyah. Saat ini SR12 telah memproduksi dan memasarkan lebih dari 40-an jenis produk kecantikan dan suplemen kesehatan. Salah satunya SR12 Go Milku, susu bubuk instan hasil ekstraksi susu kambing etawa. Menurut informasi yang kami dengar dari salah satu Distributor di Jawa Tengah, omzet SR12 sebulan mencapai Rp 10 Milyar untuk pasar Jawa Tengah.
PT Bios Pro Siklus (BPS) yang berbasis di Jawa Timur merupakan industri manufaktur obat tradisional dan kosmetika yang berdiri tahun 2019. Sebelum berubah menjadi PT BPS, perusahaan yang dirintis oleh alm. Basuki Rahmat ini bernama CV Gigih Jaya. Biosyafa adalah Merek atau Brand yang dimiliki PT BPS. Saat ini sudah lebih 35-an produk kesehatan dan kecantikan yang dihasilkan, serta telah mengantongi ijin edar dari BPOM dan tersertifikasi Halal. Salah satu kelebihan produk Biosyafa yaitu memadukan tradisi nenek moyang dengan memanfaatkan bahan alami (herbal, prebiotik) yang dipadukan dengan teknologi farmasi modern berbasis herbal dan probiotik, dengan kualitas produk yang terstandar.
Sebagaimana kita tahu bahwa produk kecantikan, utamanya skin care, menempati penjualan dengan market share cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan perempuan. Dua produk lainnya adalah pakaian dalam dan obat keperkasaan untuk kaum lelaki. Di kota Semarang dan berbagai kota lain di Indonesia –satu dasawarsa terakhir– dengan mudah kita lihat di pinggir jalan adanya kedai/outlet yang menawarkan dan menjual beragam obat keperkasaan bagi pria : cialis, viagra, dll. Kita tidak perlu menanyakan soal legalitas usaha terhadap “toko obat kuat” tersebut. Tentu dibalik munculnya ratusan kedai-kedai itu selalu ada kaidah ekonomi yang berlaku : ”supply create its own demand”, serta berbagai pihak yang terlibat.
Munculnya fenomena klinik-klinik kecantikan di kota besar dan kota kecil dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah menawarkan aneka paket perawatan kecantikan, terutama agar wajah terlihat “glowing”. Sesanti “inner beauty” yang bisa diraih dari hati yang bersih, jiwa yang tenang, keteraturan berwudhu atau bersuci dengan air suci dan mensucikan, kalah telak dengan aneka promosi yang massif bahwa kecantikan dan muka glowing bisa didapatkan di klinik kecantikan secara instan. Belum lagi adanya “klinik kecantikan” yang menawarkan layanan memperbesar, membentuk (face-off), mempercantik bagian-bagian tertentu tubuh wanita agar terlihat lebih menawan. Pemakaian cilicon gell dan operasi plastik ilegal yang dilakukan tenaga non medis, telah banyak diwartakan dampak negatifnya oleh berbagai media publik dan media sosial.
Kesadaran baru di kalangan masyarakat dengan gerakan “back to nature” (kembali ke alam) telah memunculkan kreativitas untuk menghadirkan berbagai produk kecantikan dan kesehatan yang berasal dari alam, baik berupa herbal (tanaman yang berkhasiat obat) maupun produk asal hewani (madu, susu, minyak ikan, dll). Indonesia merupakan negara yang memiliki biodiversitas terbaik dunia. Biodiversitas adalah semua kehidupan diatas bumi baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi dimana mereka hidup.
Indonesia memiliki 10.000 jenis tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat. Namun jumlah yang termanfaatkan dan bisa diproduksi sebagai jamu, fitofarmaka dan OHT (Obat Herbat Terstandar) kurang dari 10 persennya. Indonesia memiliki 7 spesies lebah madu ”Apis sp.” dari 9 spesies yang ada di dunia. Kita memiliki lebah madu tanpa sengat (stingless-bee) ”Trigona sp.” (Jawa : klanceng) sebanyak 14 genus dan 100-an spesies dari 150 spesies yang ada di dunia. Belum lagi banyaknya jenis ikan laut, ikan payau dan ikan air tawar. Sungguh sebuah anugerah sangat besar dari Tuhan kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Sayangnya pengembangan obat-obatan dan suplemen kesehatan kita belumlah optimal memanfaatkan kekayaan alam yang ada.
Kita masih abai dan minim perhatian terhadap lingkungan alam kita. Deforestasi, penggundulan kawasan hutan, konversi lahan hutan/perkebunan/sawah menjadi kawasan industri dan pemukiman berlangsung sangat cepat. Seringkali tidak mengindahkan kaidah analisa mengenai dampak lingkungan dan tata ruang wilayah yang berkelanjutan (sustainable development). Kita tertinggal jauh dengan negara lain dalam memanfaatkan berbagai tanaman obat bagi upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan dan membangun green-economy.
Sebenarnya di Jawa Tengah telah berdiri beberapa industri jamu dan obat-obatan herbal yang besar dan sedang. Bahkan salah satu diantaranya menjadi Perusahaan Tbk. yang mengekspor produknya ke beberapa negara. Sayangnya belum satupun perusahaan tersebut dimiliki oleh anggota dan warga persyarikatan. Oleh sebab itu niat kami menghadirkan SR12 dan Biosyafa, selain untuk lebih mengenalkan peluang bisnis masa depan bagi UMKM Muhammadiyah dan MEK Aisyiyah Jawa tengah, juga menumbuhkan kesadaran baru akan makna kecantikan dan kesehatan yang alami dan islami.
Ibu-ibu anggota MEK Aisyiyah dan BUEKA dapat menjadi agen/sub agen/reseller dari beragam produk SR-12 dan Biosyafa. Selain mendapatkan tambahan penghasilan bagi keluarga, sambil membuktikan khasiat dan manfaat produk yang berkualitas dari kalangan sendiri. Sebagaimana sesanti para sesepuh kita : ”Ojo dodolan obat/jamu/madu yen awakmu durung mbuktekke khasiate (jangan menjual obat/jamu/madu jika anda belum membuktikan khasiat/manfaatnya)”. Ada baiknya kita juga mengingat pesan moral yang sudah sering kita dengar ”Kesehatan bukanlah segalanya, namun tanpa kesehatan segalanya bukanlah apa-apa”.
Wallahu’alam
Pagersari, 15 Oktober 2023