Oleh: M Fikri Al Hakim (Kab, Batang)
Perjalanan panjang Indonesia baik pra ataupun sesudah kemerdekaan, tidak lepas dari peranan Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam. Tanpa bermaksud mengunggulkan umat muslim itu sendiri, tengoklah Sejarah awal perekonomian Negeri Zamrud Khatulistiwa ini.
Gairah dan keberanian gerakan yang dilakukan oleh tokoh pendiri ormas-ormas Islam sebelum pra kemerdekaan, kendati harus menghadapi ancaman Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Serikat Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) contoh organisasi Islam yang memiliki peran dalam sektor ekonomi.
Peran Muhammadiyah dalam Ekonomi
Nyatanya Muhammadiyah dalam gerakannya tetap menyeimbangi urusan ekonomi memberi teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Prinsip itu tidak lepas dari kata yang sudah tidak asing terdengar ditelinga warga Muhammadiyah, yakni “amar ma’ruf nahi munkar”.
Tercatat dalam “Sejarah Panjang” peranan Muhammadiyah pra kemerdekaan, adanya koperasi, BMT, dan BPR Syariah, memperlihatkan perhatiannya untuk membantu taraf hidup dan meningkatkan pendapatan masyarakat pada pra kemerdekaan.
Dewasa ini Muhammadiyah telah memikirkan peranan yang meyakinkan dalam ranah ekonomi. Mengutip tulisan Setyawan dalam bukunya bertanjuk “Analisis Hubungan Ijtihad Dan Tajdid Pemikiran Ekonomi Terhadap perkembangan Usaha (Studi kasus Pada Amal Usaha Organisasi Masyarakat Muhammadiyah)”.
Pesatnya perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah tentu bukan berati warga Muhammadiyah cepat-cepat merasa puas begitu saja. Semestinya tidak hanya bergerak dibidang pendidikan dan sosial keagamaan saja, tapi juga dalam bidang bisnis.
Potensi kuat yang dimiliki Muhammadiyah untuk terus terlibat dalam proses kemajuan bangsa, tidak lepas dari semangat para anggotanya. Sumber daya anggota, kader, dan simpatisannya yang ada merupakan individual consumers sebagai market tablenya.
Memasuki abad kedua Muhammadiyah, gerakannya tidak hanya ditopang kelas menengah saja, namun ada lembaga atau amal usaha dalam bidang ekonomi. Maka peluang menuju sektor industri keuangan, pangan dan pertanian, serta transportasi dan otomotif, bukan lagi mimpi yang tidak bisa diraih. Melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusianya, mengembangkan jiwa enterpreneur warga Muhammadiyah menjadi pekerjaan rumah untuk saat ini. Menengok sejarah awal, KH. Ahmad Dahlan tidak cukup hanya sebagai juru dakwah. Beliau juga seorang saudagar yang melakukan kegiatan dakwah sambil berdagang dengan jiwa enterpreneur sebagai tauladan bagi warga Muhammadiyah.
Berbicara dengan data Menurut Alexander R. Arifianto, (2017). Pada tahun 2015 saja Muhammadiyah telah memiliki cash flow kurang lebih Rp15 triliun, dan Aset tidak bergeraknya diperkirakan Rp80 hingga Rp85 triliun. Lewat asetnya yang begitu besar sudah saatnya menanamkan semangat dan keberanian untuk terjun secara langsung di sektor ekonomi melalui investasi. Tentu hal itu sudah bukan lagi cita-cita yang mustahil. Terbaru ini Bulogmu dan Logmart telah memasuki tahun ke empat. Dan telah terjalin 675 agen BulogMu, 142 Mitra Logmart yang sebagian besar di Jawa dan terjauh di Banda Aceh. Menjadi asa untuk lahirnya para enterpreneur dan majunya para jama’ah untuk saling mendukung produknya masing-masing, terutama menciptakan lapangan pekerjaan.