Semarang, Sabtu 23 November 2024 — Samuel Wattimena, anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang mewakili Dapil Jateng 1 (Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal, dan Salatiga), mengadakan kunjungan kerja di Kota Semarang. Bertempat di Cold n Brew Cafe, ia bertemu dengan sejumlah musisi lokal, termasuk Andi Malawa (Pendiri Institut Musik Jalanan/IMJ Indonesia), Marco Marnadi (Pendiri Congrock 17), Amri Amirulah (Ketua IMJ Kota Semarang), serta beberapa musisi lainnya dari Semarang dan sekitarnya.
Dalam pertemuan yang bertujuan mendengar aspirasi para musisi, khususnya dari IMJ, Samuel menekankan pentingnya peran musisi dalam ekonomi kreatif. “Musisi adalah pelaku ekonomi kreatif. Sebagai wakil rakyat yang duduk di Komisi VII DPR RI yang membidangi perindustrian, UMKM, ekonomi kreatif, pariwisata, dan sarana publikasi, saya memerlukan masukan serta berbagi visi perjuangan, termasuk dari musisi jalanan yang selama ini sering dipandang sebelah mata. Harapannya, mereka dapat naik kelas menjadi pelaku ekonomi kreatif yang lebih diakui,” ungkap Samuel dalam diskusi santai tersebut.
Peran dan Misi Institut Musik Jalanan (IMJ)
Institut Musik Jalanan (IMJ) didirikan oleh Andi Malawa dan Frysto Gurning sebagai wadah bagi musisi jalanan untuk berdaya dan profesional. Latar belakang pendirian IMJ berakar dari pengalaman diskriminasi yang sering dialami musisi jalanan. “Musisi jalanan dalam berbagai peraturan daerah tentang ketertiban umum masih dikategorikan sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, setara dengan pengemis atau gelandangan. IMJ hadir untuk mengubah stigma ini,” jelas Andi Malawa.
Saat ini, IMJ menjadi satu-satunya lembaga non-pemerintah di Indonesia yang mengelola musik jalanan secara profesional. IMJ melakukan kurasi, memberikan lisensi mengamen, dan membuka akses bagi musisi jalanan untuk tampil di ruang publik, sarana transportasi, serta area wisata.
Hingga kini, IMJ telah hadir di enam kota/provinsi, yaitu:
- Semarang (Jawa Tengah)
- DKI Jakarta (Jabodetabek)
- Surabaya (Jawa Timur)
- Yogyakarta (DIY)
- Bandung (Jawa Barat)
- Makassar (Sulawesi Selatan)
Sebanyak 120 kelompok musisi jalanan telah bergabung dengan IMJ, dan berbagai program pengembangan telah direncanakan, seperti:
- Aktivasi ruang publik untuk mendukung kegiatan bermusik jalanan yang aman dan ramah.
- Tata kelola musik jalanan dan pendampingan untuk meningkatkan kesejahteraan musisi.
- Workshop peningkatan kualitas musik jalanan.
- Pengadaan ruang ekspresi yang representatif bagi musisi jalanan.
- Kurasi musik jalanan, termasuk memberikan pengakuan resmi dari pemerintah terhadap talenta musisi jalanan.
- Penyediaan ruang rekaman.
- Kolaborasi dengan berbagai instansi, baik swasta maupun pemerintah, untuk memberdayakan musisi jalanan agar tidak hanya dianggap sebagai “pengamen,” tetapi tampil dalam konsep yang representatif dan ekonomis.
Komitmen Samuel Wattimena
Samuel menyatakan dukungannya terhadap program-program IMJ. “Kita perlu ada pilot project IMJ sebagai contoh yang baik, mulai dari keterbukaan akses, tata kelola, hingga proses kurasi talenta musisi jalanan. Hal ini dapat direplikasi di daerah lain sebagai gerakan ekonomi kreatif yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan musisi jalanan, tetapi juga menjadi ikon positif dengan nilai tambah ekonomi dan budaya bagi daerah setempat,” jelasnya.
Menurut Samuel, pertemuan ini adalah awal dari langkah nyata untuk memperbaiki nasib musisi jalanan. “Kita berharap musisi jalanan dapat benar-benar naik kelas di masa depan,” tutupnya.