Oleh : Suwatno Ibnu Sudiharjo
Ayam goreng telah menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia. Sebagai santapan harian, camilan, hingga menu restoran cepat saji, ayam goreng adalah simbol kuliner yang diterima semua kalangan. Fakta menariknya, nilai industri layanan makanan di Indonesia mencapai Rp447,3 triliun pada 2022 (USDA, 2023). Sayangnya, industri ini masih didominasi oleh perusahaan asing, sementara konsumen utamanya adalah umat muslim.
Namun, hingga kini belum ada laporan resmi tentang kontribusi Muhammadiyah dalam bisnis ayam goreng skala besar, baik secara individu maupun organisasi. Saatnya Muhammadiyah menjadi penggerak utama industri ini!
Mengapa Muhammadiyah Harus Turun Tangan?
1. Konsumen Muslim Sebagai Potensi Utama
Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, yang menjadi target pasar utama industri ayam goreng. Namun, hingga saat ini, umat muslim lebih banyak menjadi konsumen dibandingkan produsen. Muhammadiyah memiliki kapasitas untuk mengubah narasi ini, menjadikan muslim sebagai pelaku utama dalam industri yang sangat strategis ini.
2. Mengakhiri Ketergantungan pada Perusahaan Asing
Dominasi pasar ayam goreng masih dipegang oleh perusahaan asing, beberapa di antaranya terindikasi memiliki afiliasi ke Israel. Hal ini menjadi ironi mengingat umat muslim kerap menyerukan boikot terhadap produk-produk tersebut. Muhammadiyah memiliki potensi untuk menghadirkan alternatif nyata berupa bisnis halal yang berbasis komunitas dan mengutamakan kesejahteraan umat.
3. Memanfaatkan Infrastruktur Muhammadiyah untuk Memberdayakan Ekonomi Umat
Muhammadiyah memiliki keunggulan strategis berupa:
- Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM): Dengan lebih dari 100 rumah sakit, Muhammadiyah dapat memanfaatkan jaringan ini sebagai pusat distribusi atau promosi produk ayam goreng, misalnya dengan menyediakan menu ayam goreng sehat untuk kantin rumah sakit.
- Jaringan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM): Muhammadiyah memiliki lebih dari 170 universitas, institut, sekolah tinggi, dan akademi. Perguruan tinggi ini bisa menjadi tempat penelitian, pengembangan resep, hingga inkubator bisnis untuk mahasiswa yang ingin terjun di industri makanan cepat saji.
- Jaringan Organisasi yang Luas hingga Ranting: Dengan struktur organisasi yang mencapai tingkat ranting (desa/kelurahan), Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk menjangkau pasar lokal. Setiap ranting dapat didorong menjadi agen pemasaran atau mitra usaha produk ayam goreng Muhammadiyah.
- Jaringan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM): Dengan ribuan sekolah, pesantren, dan lembaga sosial, Muhammadiyah dapat menciptakan ekosistem bisnis yang kuat.
Dengan memanfaatkan infrastruktur ini, Muhammadiyah tidak hanya menciptakan produk lokal berkualitas tinggi tetapi juga memberdayakan ekonomi umat dari tingkat akar rumput.
Strategi Muhammadiyah untuk Menguasai Pasar Ayam Goreng
1. Mendirikan Merek Ayam Goreng Halal Muhammadiyah
- Membuat merek ayam goreng yang berkomitmen pada kehalalan, kualitas, dan harga terjangkau.
- Fokus pada nilai-nilai Islami, seperti tanggung jawab sosial, pemberdayaan komunitas, dan kemandirian ekonomi.
2. Sistem Kemitraan Berbasis Komunitas
- Membuka peluang usaha melalui sistem kemitraan (franchise).
- Mengintegrasikan ranting Muhammadiyah sebagai mitra utama untuk memperluas jaringan bisnis.
3. Menggunakan Jaringan Amal Usaha Muhammadiyah
- Memanfaatkan kantin sekolah, rumah sakit, dan kampus Muhammadiyah sebagai outlet awal.
- Menggunakan pesantren sebagai pusat produksi ayam goreng halal.
4. Membangun Kesadaran untuk Mendukung Produk Lokal
- Kampanye edukasi tentang pentingnya mendukung produk lokal dan mengurangi ketergantungan pada produk asing.
- Memberikan edukasi bahwa setiap pembelian produk ayam goreng Muhammadiyah berkontribusi langsung pada pemberdayaan umat.
5. Inovasi dengan Teknologi Digital
- Menggunakan platform digital seperti media sosial dan e-commerce untuk memasarkan produk.
- Membangun aplikasi yang memudahkan masyarakat memesan produk dan bergabung dalam kemitraan usaha.
Potensi Keuntungan Ekonomi dan Sosial
Dengan memanfaatkan jaringan Muhammadiyah, bisnis ayam goreng ini dapat memberikan:
- Lapangan Kerja Baru: Setiap ranting Muhammadiyah dapat membuka cabang usaha yang menyerap tenaga kerja lokal.
- Peningkatan Pendapatan Organisasi: Keuntungan usaha dapat digunakan untuk mendanai program-program sosial dan dakwah Muhammadiyah.
- Kemandirian Ekonomi Umat: Dengan mendukung produk lokal, Muhammadiyah membantu umat muslim menjadi lebih mandiri secara ekonomi.
Kesimpulan: Dari Konsumen Menjadi Produsen
Industri ayam goreng adalah peluang besar dengan omzet mencapai Rp447 triliun per tahun. Dengan infrastruktur, jaringan, dan nilai-nilai Islami yang dimiliki, Muhammadiyah memiliki posisi strategis untuk menjadi penggerak utama di industri ini.
Saatnya Muhammadiyah mengambil peran, mengubah narasi dari konsumen menjadi produsen, dan memastikan bahwa keuntungan industri ini berdampak positif bagi umat.
Mari bergerak bersama Muhammadiyah, dari ranting hingga pusat, untuk membangun kemandirian ekonomi umat melalui bisnis ayam goreng yang halal, berkualitas, dan memberdayakan