Oleh : Suwatno
Anggota PUPUKMU
Industri perunggasan Indonesia kini telah mencapai angka luar biasa, dengan total nilai bisnis sebesar Rp 700 triliun. Nilai ini setara dengan 10% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional, menjadikan sektor perunggasan salah satu pilar penting perekonomian. Namun, ada fakta mencolok: meskipun mayoritas konsumen adalah umat Muslim, termasuk warga Muhammadiyah, keterlibatan sebagai pelaku utama dalam bisnis ini masih minim.
Muhammadiyah Masih Absen, Peluang Besar di Depan Mata
Di balik angka fantastis tersebut, umat Muslim sebagai konsumen terbesar masih belum banyak terlibat sebagai pelaku bisnis unggulan. Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, juga belum berperan signifikan dalam ekosistem bisnis perunggasan nasional, baik sebagai institusi maupun perorangan. Padahal, Muhammadiyah memiliki potensi besar dari segi sumber daya manusia, infrastruktur, dan jaringan komunitas yang kuat.
Minimnya keterlibatan Muhammadiyah dalam sektor ini menimbulkan masalah. Umat Muslim hanya menjadi konsumen pasif, bukan pencipta lapangan kerja atau penentu arah ekonomi. Ketergantungan pada korporasi besar semakin memperlebar kesenjangan ekonomi di kalangan umat, yang seharusnya bisa lebih mandiri dan berdaulat secara ekonomi.
Menghidupkan Semangat Kemandirian Ekonomi Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki sejarah panjang sebagai gerakan sosial, pendidikan, dan dakwah. Kini, saatnya organisasi ini membangkitkan semangat kemandirian ekonomi yang lebih nyata. Keterlibatan Muhammadiyah dalam industri perunggasan dapat menjadi langkah strategis untuk memberdayakan ekonomi umat yang lebih adil dan berkelanjutan.
Dalam ajaran Islam, umat diajarkan untuk menjadi tangguh, mandiri, dan berdaya. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Muhammadiyah yang mengusung semangat pelopor, penerus, dan penyempurna. Sebagai pelopor, Muhammadiyah harus berada di garis depan dalam membangun ekonomi yang mandiri dan menyejahterakan, terutama di sektor-sektor yang berdampak besar seperti industri perunggasan.
Potensi dan Peluang Besar
Industri perunggasan bukan sekadar bisnis, tetapi juga tulang punggung ketahanan pangan nasional, khususnya dalam menyediakan sumber protein hewani yang murah dan berkualitas. Saat ini, 80% dari populasi unggas di Indonesia adalah ayam broiler (pedaging), yang menjadi andalan masyarakat sebagai sumber protein. Selain itu, industri ini juga mendukung pertumbuhan sektor lain seperti peternakan jagung untuk pakan ternak, industri pengolahan, dan distribusi.
Dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan pergeseran gaya hidup, permintaan produk unggas diperkirakan akan terus meningkat. Ini adalah kesempatan emas bagi Muhammadiyah untuk bergerak, tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai aktor utama dalam ekosistem bisnis ini.
Langkah Nyata: Membangun Ekosistem Berkeadilan dan Mensejahterakan
Muhammadiyah tidak bisa terus berada di pinggir lapangan dalam permainan besar ini. Saatnya mengambil langkah nyata untuk membangun ekosistem bisnis peternakan yang adil dan mensejahterakan rakyat, sebagai implementasi semangat dakwah ekonomi.
Berikut beberapa langkah yang dapat diambil Muhammadiyah:
- Mendirikan Koperasi Peternakan Ayam Muhammadiyah Muhammadiyah dapat membentuk koperasi peternak unggas yang dikelola secara profesional dan berbasis syariah. Melalui koperasi ini, anggota Muhammadiyah bisa membangun bisnis peternakan mandiri, mengurangi ketergantungan pada perusahaan besar, serta mendorong kesejahteraan bersama.
- Penerapan Teknologi Modern dan Edukasi Muhammadiyah dapat memanfaatkan jejaring pendidikan yang kuat untuk mengintegrasikan teknologi kandang tertutup dan biosekuriti, guna meningkatkan produksi dan kualitas unggas. Program pelatihan dan sertifikasi bagi peternak Muhammadiyah juga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan bisnis secara lebih efisien.
- Kolaborasi dengan Pelaku Industri Besar Muhammadiyah bisa menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan besar untuk menciptakan kemitraan yang adil. Kolaborasi ini memungkinkan Muhammadiyah memanfaatkan jaringan distribusi, teknologi, dan modal dari perusahaan besar, sembari memastikan keuntungan yang lebih merata bagi peternak kecil.
- Meningkatkan Infrastruktur Rantai Dingin dan Pengolahan Muhammadiyah dapat berinvestasi dalam pengembangan rantai pasok, seperti cold storage dan cold chain, untuk memastikan produk unggas bisa didistribusikan secara efisien dan dengan kualitas yang terjaga.
Dakwah Ekonomi Muhammadiyah: Wujud Nyata Mensejahterakan Umat
Menghidupkan kembali semangat kemandirian ekonomi Muhammadiyah di sektor perunggasan adalah bentuk dakwah ekonomi yang nyata. Tidak hanya berbicara tentang ibadah spiritual, Muhammadiyah juga harus hadir dalam ranah ekonomi, memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan kemandirian umat. Dengan keterlibatan aktif dalam bisnis perunggasan, Muhammadiyah dapat memberikan contoh bagaimana umat Islam tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang mandiri dan menyejahterakan rakyat.
Saatnya Muhammadiyah Menjadi Penggerak Ekonomi
Industri perunggasan dengan nilai bisnis Rp 350 triliun merupakan peluang besar yang tidak boleh dilewatkan oleh Muhammadiyah. Saatnya Muhammadiyah bangkit dan menjadi pelopor dalam industri ini, membawa spirit pembaruan dan kemandirian ekonomi ke dalam kehidupan umat. Dengan langkah-langkah strategis dan dukungan dari seluruh elemen Muhammadiyah, kita bisa menciptakan ekosistem bisnis peternakan yang adil, mensejahterakan, dan penuh berkah bagi seluruh masyarakat.
Mari bersama membangun kemandirian ekonomi umat demi masa depan yang lebih baik.