Oleh: Wahyudi Nasution, Ketua LP-UMKM PDM Klaten
Industri konveksi di Indonesia, yang didominasi oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tengah menghadapi tantangan besar dengan masuknya berbagai platform e-commerce global. Salah satu yang menjadi sorotan adalah aplikasi TEMU, yang menawarkan berbagai produk, termasuk sandang (pakaian), dengan harga yang sangat kompetitif.
Meskipun kehadiran TEMU membuka akses lebih luas bagi konsumen terhadap produk murah, ancaman serius muncul bagi UMKM konveksi lokal. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena UMKM yang memiliki keterbatasan modal dan skala produksi harus bersaing dengan raksasa global.
Tantangan UMKM Konveksi
- Persaingan Harga yang Tidak Seimbang
Aplikasi seperti TEMU menawarkan harga yang sangat murah berkat skala produksi besar-besaran dan kerjasama langsung dengan produsen internasional. Hal ini membuat konsumen tergiur dengan produk murah, sehingga pasar untuk produk konveksi lokal, yang memiliki biaya produksi lebih tinggi, semakin tergerus. UMKM konveksi, yang umumnya beroperasi dalam skala kecil dengan biaya produksi lebih tinggi, kesulitan menurunkan harga produk ke tingkat yang kompetitif. - Jangkauan Pasar Global yang Lebih Luas
TEMU memiliki keunggulan dalam hal jangkauan pasar yang luas, baik domestik maupun internasional. Platform ini menghubungkan konsumen di berbagai negara, sementara UMKM konveksi lokal sering kali terbatas pada pasar regional. Akses pasar global yang dimiliki TEMU memberikan keunggulan yang sulit diimbangi oleh UMKM lokal. - Efisiensi Logistik dan Pengiriman Cepat
TEMU dan platform global lainnya memanfaatkan jaringan logistik internasional yang efisien, memungkinkan pengiriman cepat dengan biaya terjangkau. Sebaliknya, UMKM konveksi masih bergantung pada layanan logistik lokal yang tidak secepat dan semurah platform global, sehingga membuat konsumen lebih tertarik membeli dari TEMU. - Skala Produksi yang Menguntungkan
Produsen besar yang beroperasi melalui TEMU dapat memproduksi dalam skala besar dan menekan biaya per unit. Sebaliknya, UMKM konveksi tidak dapat menikmati manfaat skala ekonomi yang sama, sehingga produknya lebih mahal dan sulit bersaing dari segi harga.
Peluang UMKM untuk Bertahan dan Berkembang
Meski ancaman dari platform seperti TEMU nyata, UMKM sandang masih memiliki peluang untuk bertahan dan berkembang melalui beberapa strategi berikut:
- Mengandalkan Keunikan dan Kustomisasi Produk
UMKM sandang dapat memanfaatkan keunggulan produk lokal yang unik, baik dari segi desain maupun bahan. Produk yang menawarkan personalisasi dan mencerminkan budaya lokal memiliki daya tarik tersendiri yang tidak bisa disediakan oleh platform global. Ini bisa menjadi pembeda yang signifikan di pasar, terutama bagi konsumen yang mencari produk eksklusif atau buatan tangan. - Meningkatkan Digitalisasi Bisnis
Pada era digital, penting bagi UMKM untuk segera beradaptasi dengan teknologi. Mengoptimalkan pemasaran digital, media sosial, dan penjualan melalui e-commerce lokal atau internasional adalah cara penting untuk memperluas jangkauan pasar. Dengan digitalisasi, UMKM dapat memperkuat daya saing mereka di pasar yang semakin global. - Kolaborasi antar Pemangku Kepentingan Lokal
UMKM dapat memperkuat posisinya melalui kolaborasi dengan desainer lokal, influencer, atau asosiasi bisnis. Ini dapat membantu meningkatkan ‘brand awareness’ dan menarik pasar yang lebih luas. Selain itu, bekerja sama dengan pemerintah dan sektor swasta dalam pemberdayaan UMKM dapat memberikan dukungan tambahan yang diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.
Tanggung Jawab Pemerintah dalam Melindungi UMKM
Dalam menghadapi ancaman dari platform seperti TEMU, pemerintah memiliki peran utama dalam melindungi dan memberdayakan UMKM melalui langkah-langkah berikut:
- Kebijakan Proteksi dan Regulasi
Pemerintah dapat menerapkan regulasi yang melindungi UMKM dari persaingan tidak adil, seperti pengenaan tarif impor yang lebih tinggi terhadap tekstil dan produk tekstil (TPT) yang dijual dengan harga murah. Selain itu, regulasi tentang standar kualitas dan keamanan produk dapat membantu mengurangi masuknya produk berkualitas rendah yang merugikan konsumen dan pasar UMKM. - Pengembangan Infrastruktur Digital untuk UMKM
Pemerintah dapat membantu UMKM meningkatkan daya saing melalui pengembangan infrastruktur digital dan pelatihan teknologi. Dengan akses lebih baik ke teknologi dan pelatihan intensif tentang pemasaran online, UMKM dapat memanfaatkan e-commerce dan platform digital untuk memperluas pasar. - Peningkatan Akses Permodalan
Salah satu kendala yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses permodalan. Pemerintah dapat memberikan dukungan melalui akses kredit seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih mudah dan murah, atau menyediakan dana hibah untuk pengembangan teknologi dan inovasi produk. - Kampanye Cinta Produk Lokal
Pemerintah dapat menginisiasi kampanye yang mendorong masyarakat lebih memilih produk lokal dari UMKM. Kampanye ini bisa meningkatkan kesadaran konsumen tentang pentingnya mendukung produk dalam negeri. Selain itu, pejabat pemerintah bisa memberi teladan dengan mengenakan produk UMKM dalam keseharian mereka. - Kolaborasi dengan Platform E-commerce Lokal
Pemerintah dapat memfasilitasi kerjasama antara UMKM dan platform e-commerce lokal, atau membuat kebijakan yang mendukung platform lokal untuk lebih mengedepankan produk UMKM, seperti memberikan slot promosi khusus dan dukungan logistik yang lebih baik.
Apakah Pemerintah Bisa Menolak Kehadiran TEMU?
Secara teknis, pemerintah bisa menerapkan kebijakan pembatasan atau melarang kehadiran aplikasi seperti TEMU, namun hal ini tidak selalu menjadi solusi yang tepat. Indonesia terikat dalam berbagai perjanjian perdagangan internasional yang melarang pembatasan platform asing seperti TEMU. Selain itu, larangan total dapat memicu retaliasi dari negara mitra dagang, yang bisa berdampak buruk pada sektor ekspor Indonesia.
Kehadiran platform global juga membawa manfaat bagi konsumen melalui persaingan yang sehat, yang mendorong UMKM untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas. Oleh karena itu, lebih baik jika pemerintah berfokus pada upaya memperkuat daya saing UMKM, daripada menolak kehadiran TEMU.
Klaten, 8 Oktober 2024