Khafid Sirotudin
Sekitar tiga bulan lalu, di sebuah kedai sea-food Weleri, saya bertemu teman lama. Salah seorang putrinya, teman sekolah putra kami ketika SMP dan SMA.
“Kabare mas kaji”, sapanya sambil mengulurkan tangan.
“Alhamdulillah, sehat. Gimana bisnis air galonnya lancar jaya”, jawab saya.
”Alhamdulillah cukup buat memenuhi kebutuhan sehari-hari” ungkapnya.
“Mobilnya baru ya, tanya saya sambil menunjuk Toyota New Avanza warna silver”, tanya saya.
”Kuwi hasile anak wedok kerjo nang Jepang. Sakdurunge balik pesen sebagian duite tabungan kon nukokke mobil (Itu hasil kerja anak perempuan di Jepang. Sebelum pulang berpesan agar sebagian tabungan disuruh membelikan mobil) ” jelasnya.
Putri teman saya itu lulusan STIKES Muhammadiyah Kendal dan sudah 2 tahun bekerja sebagai perawat di Jepang. Kepulangan ananda kali ini, untuk mengambil cuti sebentar dan balik kembali ke Jepang untuk memperpanjang kontrak 2 tahun mendatang. Menurut penuturan teman saya, selama sepekan di Weleri, putrinya selain melepas kangen dengan sanak keluarga, juga digunakan untuk berbelanja mengumpulkan aneka bumbu masak empon-empon Jawa. Selain mengobati rindu masakan Jawa, juga agar “ngirit” efisien dalam memenuhi kebutuhan makan harian di mess yang disediakan RS di Jepang.
“Kapan anak wedok balik mas (Kapan putrinya pulang)”, tanya saya.
“Pulang sebentar, sudah 2 minggu, besok pagi saya antar ke Bandara untuk kembali bekerja di Jepang” teman saya memberi penjelasan.
“Syukurlah jika kerasan bekerja disana. Salam ya buat ananda”, pinta saya kepadanya sambil pamitan meninggalkan kedai.
Berdasarkan data dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), jumlah permintaan perawat Indonesia untuk bekerja di sejumlah negara sebanyak 7.568 orang dan baru sebesar 37,2 persen yang terpenuhi. Tenaga kesehatan, khsususnya perawat dan perawat lansia (care worker) paling banyak dibutuhkan oleh Singapura (5.100), Arab Saudi (1.043), Kuwait (515), Qatar (300) dan Rumania (220).
Peluang dan Hambatan
Sebuah jurnal yang terbit di BMJ Global Health (2022), memperkirakan jumlah tenaga perawat di dunia mengalami kekurangan hingga 4,5 juta orang pada tahun 2030. Kekurangan tenaga perawat merupakan jumlah yang terbesar dibandingkan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, dokter gigi, bidan dan apoteker.
Di tengah situasi global yang kekurangan tenaga perawat, justru jumlah perawat di Indonesia melebihi jumlah yang dibutuhkan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, tenaga perawat di Indonesia mencapai 695.217 orang pada tahun 2025. Proyeksi ini berdasarkan perkiraan jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) perawat yang aktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan sebagai peluang bagi perawat Indonesia untuk bekerja di luar negeri.
Berdasarkan data tersebut, Indonesia memiliki potensi dan peluang besar untuk menempatkan Pekerja Migran Indonesia (PMI), terutama perawat ke luar negeri. Selain meningkatkan devisa negara, meningkatkan pendapatan masyarakat, sekaligus mengurangi tingkat pengangguran terdidik. Menurut BPS, pengangguran terdidik (educated unemployment) adalah rasio jumlah pencari kerja yang berpendidikan SLTA ke atas (sebagai kelompok terdidik) terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut. Dapat disebut juga dengan pengangguran terdidik yaitu pengangguran lulusan SMA/SMK, Diploma dan Sarjana.
Pengangguran terdidik sering terjadi karena meningkatnya jumlah tenaga kerja terdidik dari pasar tenaga kerja yang tidak mampu untuk menampung mereka. Apalagi ketika terjadi PHK besar-besaran pada saat pandemi Covid-19 tahun 2020-2022 lalu, yang side effect negatifnya masih dirasakan hingga sekarang.
Hambatan atau kurangnya minat perawat untuk bekerja di luar negeri, bisa disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai kesempatan bekerja di luar negeri, kenyamanan bekerja, perlindungan pekerja migran, hubungan sosial-budaya yang berbeda, resiko pekerjaan di negara tujuan, sudah berkeluarga atau menikah, kendala bahasa, minim pengalaman kerja, serta kendala biaya hidup.
Memulai Dari MoU
Pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Lembaga Pengembang UMKM PW Muhammadiyah di Semarang, 6-8 Oktober 2023, kami menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan PT Bukit Mayak Asri, salah satu BLK-LN (Balai Latihan Kerja-Luar Negeri) yang selama ini telah melakukan pengiriman tenaga perawat ke luar negeri, khususnya Jepang. Tujuan MoU adalah ikut berpartisipasi menyediakan lapangan kerja bagi perawat-nurse lulusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) di Jawa Tengah. Sekaligus membantu peningkatan angka keterserapan lulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan Profesi Nurse (Ns) yang setiap tahun mencapai ratusan orang.
Pada awalnya banyak rekan pengurus LP-UMKM PWM Jateng yang mempertanyakan hal ihwal MoU tersebut. Namun setelah kami jelaskan urgensinya barulah teman-teman faham arah dan tujuannya kemana. Sebagaimana sering dilontarkan Ketua PWM Jateng, Dr. H. Tafsir, M.Ag. di berbagai kesempatan bahwa Muhammadiyah Jawa Tengah harus mampu menyediakan banyak peluang pekerjaan bagi masyarakat, khususnya lulusan PTMA dan SMA/SMK Muhammadiyah. Maka apa yang telah kami ihtiari itu, sebagai wujud keterpanggilan LP-UMKM selaku Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) Baru di lingkungan PWM Jateng.
Jalan yang harus kami lalui masih cukup panjang. Dibutuhkan waktu setidaknya 1-2 tahun untuk segera menyiapkan tim dan sistem rekruitmen, pelatihan sesuai standarisasi tenaga perawat di LN, melatih ketrampilan berbahasa asing, serta memahami adat istiadat budaya negara tujuan. Semoga Allah dengan rahmat-Nya meridhai usaha kami dengan bersinergi dan kolaborasi antar UPP, Majelis dan Lembaga, serta AUM Pendidikan khususnya PTMA dan SMK Muhammadiyah.
Wallahua’alam
Milad ke-111 Muhammadiyah : 18 November 2023
*) Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah