Oleh : Khafid Sirotudin
Selama 2 hari, Jumat-Sabtu 26-27 Juli 2024, LP-UMKM PWM Jateng mengadakan kunjungan Muhibah dan Studi Banding Bisnis ke beberapa lokasi kluster UMKM dan partner bisnis di lingkungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ponorogo Jawa Timur. Saya menuliskan catatan berseri ini sebagai bentuk pertanggungjawaban publik kepada warga UMKM Muhammadiyah dan semoga dapat menginspirasi para pelaku dan pegiat UMKM di Jawa Tengah.
Jumat 26 Juli 2024, kami serombongan berangkat dari halaman PWM Jateng. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.10 WIB ketika mobil Hiace Premio sewaan yang kami tumpangi mulai berjalan. Mundur 40 menit dari jadwal sebelumnya, 06.30 WIB. Harap dimaklumi yang namanya pergi berombongan, kita harus mengalokasikan 30-45 menit keterlambatan dari waktu tempuh yang sebenarnya. Berdasarkan rundown yang dibuat LO, kami berencana melaksanakan sholat Jumat di masjid Al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO). Menurut Google Map waktu tempuh dari PWM Jateng di Semarang ke UMPO hanya 3,5 jam masuk via Tol Semarang Jatingaleh dan keluar pintu exit tol Madiun.
Kami tiba di kampung sate Nologaten, obyek kunjungan pertama, pukul 10.35 WIB. Lebih lambat 5 menit dari jadwal karena kami harus menghampiri Nurul Khawari, Wakil Ketua 1 LP-UMKM PMW Jateng, yang “nyegat ndalan” bergabung dari rest area tol Boyolali. Masih cukup waktu untuk menikmati sate ayam dan “ngeluk boyok” (rehat) di tempat yang sudah disiapkan Agung TA yang berangkat Rabu malam sebagai LO kunjungan.
Ponorogo memiliki kluster UMKM unik berupa Kampung Sate yang berada di tiga lokasi. Yaitu Nologaten, Ngepos dan Sentono. Ketiga lokasi kluster (kampung sate) memiliki sejarah cukup panjang. Dan menariknya, meskipun setiap rumah atau warung menjual sate ayam yang sama, tetapi mereka semua mendapatkan berkah rejeki dari para pelanggan yang datang setiap hari dari berbagai daerah di dalam dan dari luar kota Ponorogo. Allah sudah membagi rejeki untuk makhluknya, tanpa tertukar tanpa pernah salah.
Kami menikmati sate ayam khas Ponorogo di H.Tukri Sobikun-H. Suroto yang memiliki halaman parkir cukup luas. Warung sate ini dikenal sebagai warung sate langganan Presiden SBY dan Jokowi. Setidaknya terlihat dari beberapa foto yang terpajang di dalam warung, menandakan kedua Presiden RI tersebut pernah 2-3 kali mendatangi warung sate ini.
Salah dua ciri sate ayam Ponorogo yaitu potongan daging ayam yang difilet memanjang serta sambel kacang yang lembut dan “instan”. Sambel kacang dibuat dalam bentuk adonan bubuk dan diberi air secukupnya sebelum disajikan. Saya memesan satu besek (isi 30 tusuk) untuk oleh-oleh beserta rombongan lain yang akan diambil Sabtu siang sebelum pulang Semarang.
Menurut penuturan Siswienarto, Wakil Bendahara LP-UMKM yang pernah jualan sate Ponorogo, sambal kacang bisa lembut karena kacang tanah dibuang “matanya” setelah digoreng “sangan” (digoreng tanpa minyak di wajan tembikar/dari tanah). Setelah “diuyek” di dalam tampah dan keluar semua “mata” kacang tanahnya, barulah diblender (dahulu ditumbuk) bersama bumbu- bumbu lain sehingga menjadi sebuah adonan bubuk bumbu sate yang dapat digunakan sesuai kebutuhan
Saya sempat menengok dapur warung sate dan melihat seorang pekerja sedang memasukkan bumbu sate tersebut dari ember besar ke dalam plastik seukuran es mambo besar sebagai pelengkap pesanan sate yang dipacking dengan besek (isi 30 tusuk) atau dus kotak (isi 20 tusuk). Dari banyaknya bumbu sate yang terlihat di dalam ember besar, saya dapat memperkirakan berapa ribu tusuk sate, berapa banyak daging ayam yang dibutuhkan serta omzet yang diraih warung ini setiap hari.
Sore hari, setelah pertemuan di UMPO dan sebelum menuju guest house tempat menginap, kami sempatkan mampir di salah satu kedai dawet desa Jabung. Kluster dawet Ponorogo ini jaraknya tidak begitu jauh dari Pondok Pesantren dan Universitas Darussalam Gontor yang kesohor. M. Iqbal Hidayat dan Abdillah Al-Arif dari LP-UMKM Cilacap ikut bergabung dalam perburuan kuliner kali ini.
Yang membedakan dawet Jabung dengan yang lain adalah adanya tambahan ketan hitam dan jenang “gempol”. Gempol yaitu nasi putih lembek yang dibuat bulatan seperti perkedel ukuran kecil (diameter 5 cm-an). Jadi apabila kita minum dawet Jabung semangkok maknanya kita sudah sarapan atau makan siang yang mengandung kalori cukup tinggi.
Anda tertarik untuk menikmati sajian kuliner sate ayam dan dawet Jabung Ponorogo? Silakan luangkan waktu untuk piknik, wisata dan “healing” bersama keluarga dan handai taulan di akhir pekan.
Wallahu’alam