Gus Zuhron
Antrian layanan di sebuah Bank Syari’ah memakan waktu yang cukup lama. Selain bermain HP, membaca adalah pilihan jitu untuk menghabiskan waktu yang mulai dilanda kejenuhan. Ada sebuah majalah bernama Infobank, sebuah majalah yang mengupas dunia finansial, bisnis dan perbangkan.
Di bagian tengah majalah ada sebuah tulisan menarik dari mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Judul artikel pendek itu “If You Don’t Innovate, You Die”. Dari kalimatnya tampak sederhana namun dengan membaca sepintas kita akan memahami arah dan pesan dari kalimat itu.
Sebenarnya kalimat diatas pertama kali dilontarkan oleh Robert Iger yang merupakan CEO dari Walt Disney Company. Sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di bidang animasi dan film. Industri hiburan menjadi ikon utama dari perusahaan besar ini. Robert Iger menyadari sepenuhnya bahwa tantangan dan perubahan dunia tidak akan dapat dilawan kecuali dengan cara inovasi. Mereka yang berhenti berinovasi sama dengan telah mati sebelum ajal.
Siapa mengira, jika perusahaan Samsung asal Korea Selatan yang terkenal dengan produk elektronik smart phone-nya pada awalnya hanyalah sebuah perusahaan pembuat mie instan. Toyota yang menguasai industri otomotif dunia diawal berdiri, hanya memproduksi mesin jahit sederhana. Tidak terfikir jika perusahaan Lamborgini yang saat awal merintis memproduksi tractor sekarang menjadi brand paling terkenal dengan produk Supercar yang paling diminati oleh para milyader kelas dunia. Semua perubahan itu kata kuncinya adalah inovasi.
Dunia tidak pasif, terus bergerak dinamis dan menampilkan wajah perubahan. Cara berfikir dan strategi lama tidak boleh menjadi berhala untuk menghadapi masa depan. Berapa banyak simbol-simbol raksasa ekonomi dunia yang pernah menguasai banyak sektor pasar harus tutup buku dengan perasaan pilu. Mereka hancur berkeping- keping dihantam laju cepat zaman yang tidak sempat mereka antisipasi. Sebut saja Nokia yang pernah merajai industri telekomunikasi, harus bangkrut dan tersungkur sampai pada titik terendah. Di antara penyebabnya karena mereka bergerak lambat dan lupa tidak berinovasi.
Inovasi sejatinya menjadi juru kunci bagi bertahannya sebuah perusahaan. Dalam makna yang lebih luas adalah organisasi. Baik organisasi laba maupun nirlaba, semua berlaku hukum inovasi jika tidak ingin gagal paham menghadapi dinamika perubahan. Inovasi membutuhkan kepekaan radar dalam membaca tanda- tanda perilaku pasar, daya juang yang maksimal dan kemampuan survival tinggi. Inovasi tidak sekedar mengikuti narasi melainkan menawarkan narasi baru yang berbeda dari arus utama.
Bagaimana dengan kita…? Rasanya butuh diskusi serius tanpa tendensi untuk mendefinisikan filosofi inovasi. Sebab di tengah ke-‘mager’-an sebagian penduduk bumi dan terlalu lama menghuni zona nyaman tanpa resiko tinggi, menjadikan kata inovasi seperti ajaran baru yang akan merusak kemapanan. Butuh rumusan yang tidak biasa, perlu tampil beda yang tidak asal beda, perlu ‘fresh ijtihad’ dalam menghadirkan pikiran dan langkah agar selaras dengat denyut nadi dinamika zaman, dan yang tidak kalah penting adalah hadirnya aktor penyampai yang kuat, konsisten dengan komunikasi yang baik untuk menghadirkan kesadaran baru itu.
Tembok-tembok pikiran yang sudah usang dan menfosil sebaiknya segera dikirim ke museum kenangan. Dipajang sebagai sebuah peta pemikiran masa lalu yang cukup diambil pelajarannya dan kebijaksanaanya. Dengan cara itu iklim kebaharuan akan dapat tumbuh bersemi dan siap bersinergi tanpa harus tergerus mesin waktu yang tak kenal kompromi. Semoga.
Magelang, 22/04/2024
*) Sekretaris MPKSDI PWM Jateng, Dosen AIK UNIMMA Magelang.