Oleh: Khafid Sirotudin – (Alumni Magister Agribisnis Universitas Diponegoro Semarang. Penyuka makanan, minuman dan jamu/herbal organik.)
Tulisan ini sekedar catatan kecil kami berdasarkan pengalaman personal, keterbatasan ‘daya literasi’ dan ‘laku sosial’ sebagai seorang ayah yang memiliki cukup banyak anak.
ASI dan Kolostrum
Air Susu Ibu (ASI) diyakini memiliki kandungan nutrisi terbaik untuk memenuhi asupan gizi yang lengkap dan berimbang bagi bayi, selaras dengan pertumbuhan usianya. Ada hal yang sangat menarik dan penting diketahui masyarakat, sekaligus dipertimbangkan agar dapat diaplikasikan secara massal kepada ibu hamil dan menyusui, dengan program2 yang terstruktur, sistematis dan masif. Dan tentu ‘partisipasi masyarakat’ dalam mensukseskan ‘program ASI eksklusif untuk bayi’ menjadi ‘faktor penentu utama’ keberhasilan program yang telah, sedang dan akan dijalankan pemerintah untuk menciptakan SDM Indonesia yang unggul di masa mendatang.
Kolostrum (bahasa latin colostrum) atau ”Jolong”, adalah susu istimewa yang dihasilkan sebelum persalinan, merupakan bekal berharga bagi bayi baru lahir. Mengandung ’imunoglobulin yang tinggi’, kolostrum membantu memperkuat kekebalan tubuh bayi dan melindunginya dari berbagai penyakit. Susu berwarna kekuningan dan lebih kental ini hanya tersedia dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan. Berikan kolostrum kepada bayi Anda sesegera mungkin untuk memastikan ia mendapatkan manfaat terbaiknya.
Kolostrum ASI sangat penting dan dibutuhkan bayi yang baru lahir. Tidak saja mengandung nutrisi sangat lengkap dan berimbang, juga sebagai ‘antibodi’ yang dibutuhkan bayi karena belum memiliki sistem yang sempurna. Kolostrum juga mengandung zat yang mempermudah bayi buang air besar pertama kali, yang disebut ”meconium”.
Beberapa manfaat kolostrum diantaranya dapat mencegah infeksi, mencegah bayi kuning, dan membantu perkembangan organ pencernaan bayi. Hingga saat ini kolostrum dianggap aman dan tidak memiliki efek samping, dan sesuai hukum alam maka secara bertahap akan menjadi ‘matang’ setelah beberapa hari dan akhirnya berubah warna seperti ASI pada umumnya.
Saking banyaknya ‘kandungan nutrisi’ dalam kolostrum, ‘para ahli nutrisi dan gizi’ hanya mampu menyebutkan beberapa kandungan yang ada. Atau hanya menyebut itu sebagai ‘nutrisi’ saja.
Yang lebih amazing adalah fakta-fakta dan data-data hasil riset ‘ahli mikro-bakteriologi’ dunia yang mengungkapkan bahwa ternyata apa yang disebut dengan nutrisi itu sebenarnya merupakan ‘sekumpulan bakteri baik’ yang sudah dipersiapkan oleh Allah Swt. Tuhan Sang Maha Pencipta ‘alam mikro-kosmos’. Sebuah sistem kehidupan ‘makhluk hidup di dalam tubuh manusia’ yang tidak kasat mata. Dimana struktur dan kultur mikro bakteri hanya bisa terlihat lebih jelas dengan bantuan super mikroskop yang memiliki kemampuan perbesaran hingga satu milyar kali. Sebuah alat yang konon saat ini hanya dimiliki oleh 3 negara saja.
Di dalam kolostrum setidaknya terdapat 4 jenis bakteri utama, yakni L. Brevis, L. Acidhopillus, L. Rhamnosus dan L. Bulgaricus. Selanjutnya secara evolutif, pada hari ke-4 dan seterusnya ke-empat bakteri tersebut membaur bersama lebih kurang 3.000.000 strain bakteri lainnya yang bersemayam di tubuh bayi.
Masya Allah, sungguh sebuah ‘desain kehidupan’ ciptaan Allah Tuhan yang Maha Kuasa. Sebuah desain makhluk hidup yang sangat sempurna, super canggih, sangat detail dan ideal, komprehensif, integral, berkeadilan dan berkeadaban.
Semua bakteri hidup dan menjalankan amanat-Nya sebagai makhluk secara “sinergis dan harmonis” mengikuti ‘sunatullah’ yang bersifat: “absolute (mutlak), exactly (pasti) dan objective (adil/proporsional)”.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam kitab suci yang artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-2 nya selama 2 (dua) tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah untuk memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
(Qs. Al-Baqarah : 233).
Pengalaman ‘Mencicipi” ASI
Sebagai seorang muslim yang hidup dalam kultur Jawa yang baik, Simbah putri (alm) dan Orang Tua (ibu kami) pernah memberi beberapa petuah lisan ketika memiliki seorang bayi, anak pertama kami tahun 1993, yang lahir di RS PKU Muhammadiyah Jogjakarta.
Beberapa pelajaran dari sesepuh pinisepuh terkait soal ASI yang masih kami ingat, antara lain:
- Beras atau nasi yang dikonsumsi oleh ibu menyusui haruslah bersih dan terbebas dari ‘kulit padi’.
Selain bisa menutupi saluran ASI, juga bisa membuat kesakitan ibunya.
Dan terbukti istri yang pernah kesakitan akibat kulit padi yang tidak bisa tercerna dengan baik oleh ibu yang sedang menyusui.
Dan aneh bin ajaib nya sisa kulit padi tersebut ‘keluar melalui puting payudara sesuai wujud aslinya saat dikonsumsi’.
Bisa kita bayangkan ‘rasa sakitnya’ apabila mengalami kejadian seperti ini. - Sebisa mungkin hindari makan sambal yang pedas dan makan biji cabe nya. Nantinya biji cabe akan sama kasusnya dengan kulit padi/beras.
- Bilamana menyusui bayi, agar dilakukan bergantian (kanan dan kiri) secara seimbang/proporsional.
ASI yang keluar dari payudara sebelah kanan merupakan ‘minuman/makanan pokok’ dan yang keluar dari sebelah kiri adalah ‘jamu’ nya.
Diharapkan pula pasca menyusui si Ibu bisa mendapatkan bentuk payudara yang indah, tidak dhelik/gedhe-cilik (besar-kecil). Pelajaran menyusui yang berkeadilan ini, sangat baik dilakukan oleh ibu-ibu muda, khususnya yang baru pertama kali menyusui.
Suatu ketika kami pernah iseng-iseng mencicipi ASI untuk anak kami.
Ternyata rasa/taste ASI-nya berbeda. ASI yang keluar dari sebelah kiri rasanya lebih manis dibandingkan sebelah kanan yang cenderung gurih. Dan kualitas rasa manis dan gurih nya ASI berubah selaras dengan perkembangan umur bayi. - Perbanyak makan sayuran ‘daun katu, daun kelor’ dan kacang-kacangan untuk menambah produksi ASI. Dan terbukti produksi ASI istri sangat banyak dan berlimpah. Bahkan seringkali payudara menegang dan menetes ASI-nya ( Jawa : mrangkak-i ) apabila 1-2 jam lebih tidak di-nenen-kan anaknya.
- Untuk menahan agar tidak terjadi ”mrangkak-i” saat ditinggal bekerja atau pergi tanpa bayi untuk suatu keperluan, maka dibalik BH cukup dikasih popok bayi. Dan terbukti mujarab saran ibu kami.
Mungkin kalau jaman now, ASI bisa dipompa dan dimasukkan botol ASI untuk disimpan di freezer atau dikirim ke rumah lewat jasa kurir. - Usahakan ASI eksklusif selama 6 bulan sebelum disambung susu formula lainnya dan menyusui anak hingga usia 2 tahun.
Alhamdulillah semua anak kami disusui ASI ibunya selama 2 tahun penuh. Kecuali anak cewek nomor 3 selama 1 tahun 3 bulan karena sundulan adiknya, dan anak cewek nomor 4 yang kebablasen minum ASI sampai 3 tahun.
Susu Sapi ‘Zaman Now’
Air Susu Sapi (ASPI) menjadi bahan baku utama untuk hampir semua produk susu cair, bubuk, instan maupun produk turunannya seperti keju. Sebagai hewan mamalia, sapi paling banyak dibudidayakan manusia sebagai penghasil susu yang terbanyak. Tuhan memberkahi hewan mamalia : sapi, kuda, kambing, domba, kucing, anjing, dll. dengan air susu yang sesuai dengan jenisnya masing-masing.
Oleh Allah Tuhan yang Maha Pemberi Rejeki, hewan-hewan jenis tersebut juga diberi rahmat dengan asupan nutrisi ‘igastrum’ semacam kolostrum pada ASI pada manusia. Namun tentu saja sangat jauh berbeda kandungan nutrisinya ASPI dibandingkan dengan air susu kambing, domba, kucing, anjing, dll. Apalagi bila dibandingkan dengan ASI untuk manusia.
Dari segi asupan pakan ternak dan waktu pemerahan, sapi perah jaman dulu ( zaman semo-now ) dan jaman sekarang ( zaman now ) sudah jauh berbeda.
Dahulu sapi diberi makan rumput alami, ubi-ubian dan diberi campuran konsentrat organik (bekatul padi , tepung ikan, dll). Namun di jaman now makanan ternak sapi perah dikasih konsentrat non-organik.
Kalau konsentrat organik (alami) sudah barang tentu tidak memberikan dampak buruk bagi hewan dan manusia. Namun kalau konsentrat non- organik mengandung Urea dan MSG yang sengaja diberikan untuk campuran pakan ternak guna merangsang nafsu makan sapi. Dan dari keduanya akan muncul zat nitrogen kimiawi yang cukup tinggi.
Urea sering disebut dengan istilah ZPT (Zat Perangsang Tumbuh). Istilah ini yang dipakai untuk menutupi potensi efek samping negatif dari pemakaian urea.
Selain itu sapi disuntik pula dengan hormon estrogen. Bukan estrogen alami yang sesuai sunatullah terjadi secara alamiah pada saat sapi hamil.
Namun sapi dikondisikan sedemikian rupa seperti sedang hamil terus menerus, dengan suntikan hormon estrogen sintetis. Sudah barang tentu, estrogen sintetis ini akan masuk ke dalam susu sapi yang dihasilkan. Selanjutnya secara otomatis akan terminum pula oleh bayi dan anak-anak kita yang bahan dasarnya susu sapi.
Efek selanjutnya jumlah kadar hormon estrogen sintetis dalam susu formula yang dikonsumsi anak-anak, akan melebihi kadar hormon estrogen anak yang seharusnya, sebelum masa pubertas tiba.
Pada akhirnya mampu memacu dan memicu anak-anak menjadi lebih cepat dewasa secara biologis dari usia yang seharusnya. Tidak selaras/seimbang dengan kondisi psikologis dan mental seusianya.
Maka kita menjadi mafhum manakala menstruasi awal anak perempuan jaman now menjadi lebih cepat dan lebih maju dibandingkan anak-anak jaman dulu. Makin banyak anak Sekolah Dasar kelas 4-6 (usia 10-12 tahun) sudah mengalami menstruasi dini.
Kondisi ini diperparah dengan kesadaran dan keengganan ibu-ibu muda memberikan ASI eksklusif selama 3-6 bulan dengan berbagai alasan teknis maupun estetis.
Bahkan semakin berkurang anak-anak mendapatkan ASI selama 2 tahun. Padahal ASI memiliki berbagai keunggulan secara ekonomis, psikologis, higienis, praktis dan biologis.
Anak-anak sekarang
lebih cepat dewasa (baligh dini) secara biologis akibat kelebihan estrogen sintetis. Sehingga secara biologis anak-anak remaja sekarang lebih mudah terangsang oleh rangsangan seksual di usia yang masih belia.
Estrogen sintetis juga patut diduga menjadi pemicu pubertas dini, kanker ovarium, kanker payudara, kemandulan pada pria dan wanita di usia produktif. Juga terjadinya penyimpangan perilaku seksual anak-anak dan remaja yang “matang sebelum waktunya”.
Bagaimana Solusinya
Allah Tuhan yang Maha Adil sudah memberikan ilmu nya kepada manusia, sebagaimana pesan syariat agama yang tersurat dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 233.
Menurut pendapat kami, kalau toh ingin konsumsi susu sapi formula (instan, bubuk dan cair) cukup sesekali saja. Tidak usah rutin apalagi berlebihan.
Kalau kita menginginkan minum susu sapi secara rutin, maka carilah dari peternak sapi perah yang menggunakan pakan organik, tanpa ZPT dan tanpa diberi suntikan hormon estrogen sintetis.
Apakah ada alternatif lain selain susu sapi?
Ada beberapa alternatif. Diantaranya
susu kambing organik dan susu kedelai organik. Bilamana sulit untuk mendapatkannya, maka kita bisa konsumsi susu sapi, susu kambing dan susu kedelai yang ‘dinetralkan dan di-organik-kan’ lebih dahulu, dengan cara menambahkan Probiotik Siklus.
“Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah (lagi) yang kamu dustakan ??”.
Demikian firman Allah dalam bentuk ‘pertanyaan kepada manusia’ yang diulang-ulang sebanyak 31 ayat dalam surat, Qs. Ar-Rahman.
Wallahu’alam
18 Agustus 2019
*) Red. UKMMu.com