Oleh: Khafid Sirotudin
Seusai mengajar Sekolah Tabligh Muhammadiyah se eks Karesidenan Pekalongan di kampus 2 UMPP, saya disambangi bu Imtikhanah, Wakil Rektor UMPP dan Anggota Dewan Pembina LP-UMKM PWM Jateng. Hadir diantar suaminya, dan beliau baru pulang mengajar Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) di Doro. Salah satu program unggulan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) PW Aisyiyah Jawa Tengah, yang secara massif telah dilakukan sejak 10 tahun oleh seluruh PDA/PCA. Alumni SWA terhimpun ke dalam BUEKA (Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah).
Bu Im, panggilan akrabnya, membawakan oleh-oleh dua kantong kresek apem Comal yang dipacking dalam goody-bag. Masih terasa hangat ketika menerimanya, saya menduga bu Im mampir di kedai apem Comal saat perjalanan pulang dari Doro Kabupaten Pekalongan menuju Kampus 2 UMPP Kota Pekalongan. Hanya ungkapan maturnuwun (terimakasih) saya haturkan. Mosok diberi jajanan saya mau tanya harga dan dimana membelinya, he..he..he.
Apel Comal bukan kudapan asing buat saya sekeluarga. Sejak usia SD saya biasa membeli dari penjaja makanan keliling di dalam Pasar Weleri dan Terminal Bus Weleri, yang lokasinya di seberang jalan selatan pasar (1976-1981). Rasanya khas seperti jajanan pasar atau kudapan tradisional pada umumnya. Mengandalkan bahan baku lokal santan kental kelapa, gula Jawa, tepung beras, tepung tapioka, ragi, garam tanpa perisa makanan sintetis. Bentuk, warna, rasa yang manis gula Jawa dan dengan “sedikit asam” efek fermentasi ragi, berbau harum dan dilambari daun pisang menjadi ciri khas apem Comal.
Seiring dengan perkembangan jaman, apem Comal juga dikemas dalam bentuk yang lebih modern. Dicetak berbentuk seperti roti bolu kukus kecil dan disajikan dengan packaging kertas berbentuk mangkok. Setidaknya hal ini saya temukan akhir tahun 2023 lalu, saat menghadiri resepsi pengantin kerabat besan di Pemalang. Tekstur dan rasanya tetap terjaga, bentuk dan tampilannya yang mengikuti era jaman-now.
Beragam jajanan tradisional merupakan warisan budaya pangan yang adiluhung. Patut dijaga dan dilestarikan. Tentu membutuhkan sentuhan teknologi pangan dan penerapan ilmu gizi agar lebih higienis dan bertahan lama. Mengingat apem Comal termasuk “snack basah” yang tidak memiliki “expired date” selama kue dan roti kering. Oh ya, omon-omon soal sertifikasi merk dan labelisasi produk halal, kira-kira stiker logo Halal pasnya ditempelkan dimana? Pada lambaran daun pisang, diatas apem Comal ataukah cukup meyakini bahwa apem Comal dijamin Halalan Thayyiban.
Wallahu’alam
Pekalongan, 14 Juli 2024
*) Red. UKMMu.com